Sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan
pengobatan dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu
serangan lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
A. Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
Pengolesan: Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP dilakukan
pada sekeliling tanaman sakit ( akar lateral yang telah membusuk sebaiknya dipotong )
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP, dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada
tanaman belum menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman menghasilkan , penyiraman juga
dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah penularan.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan Triko SP+(50g/pohon
pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada tanaman umur 2-4 tahun, dan 150g/pohon
pada tanaman usia 5 tahun. Penggunaan Triko SP+ sebaiknya diikuti dengan penaburan belerang
sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman sampai selebar 1m dari leher akar.
Pada saat pengobatan tanah disekitar tanaman sakit digemburkan terlebih dahulu
untuk memudahkan peyerapan obat tanaman, Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan
hingga tanaman menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit diberi
pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk majemuk NPK sesuai anjuran.
B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG
1. Lapuk Cabang dan Batang Fusarium
Gejala dan Perkembangannya
Lapuk cabang dan batang fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan oleh Jamur Fusarium sp
pada kulit yang sakit juga ditemukan juga penyakitBotryodiplodia theobromae.
Gejalanya pada kulit batang timbul bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm,
bercak-bercak biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya beragabung satu sama lain
hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang mengalami pembusukan. Penyakit ini dapat
timbul pada batang tanaman hingga cabang tanaman hingga mengakibatkan kerusakan
pada kulit batang sehingga tanaman tidak dapat disadap dan mudah patah. Kulit yang busuk dan rusak
akan mengundang kumbang penggerek xyleborus mascarensis dan platypuscupulatus dan diikuti
jamur ustulina sehingga menimbulkan kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat.
Kondisi cuaca lembab dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya penyakit ini.
Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora yang dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235
pada daerah yang rawan penyakit( daerah lembab )
b. Melakukan pengobatan pada tanaman sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid 50 SD
atau Antico F-96 dengan menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan dengan cara penyemprotan
seminggu sekali secara berulang hingga 4-6 kali semprotan .
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan ditutup dengan TB 192 untuk mencegah
masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d.Tanaman sehat disekitar disemprot atau dioles batang/cabangnya dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.
2. Jamur Upas ( corticium salmonicolor )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang tanaman muda dan menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna putih pada permukaan kulit kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang tanaman. Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Penularan terjadi melalui penyebaran spora yang dibawa oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penggunaan Klon yang rentan seperti GT 1 dan PB 217, Pada daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS 2037, BPM 24, BPM 1, BPM 107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak terlalu rapat untuk mencegah kelembapan yang tinggi karena suhu yang lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat gejala adanya benang bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo (diulang selang dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga tanaman sehat ) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga 30 cm pada bagian atas dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsure tembaga tidak dianjurkan karena dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan lanjut ( tingkat corticium atau necator ) dilakukan pengupasan kulit busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC secukupnya.
3. Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )
Gejala dan perkembangannya
Penyakit ini ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain itu penyakit ini juga ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Tanaman yang tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari biji( seedling ) dan tanaman yang sedang membentuk daun baru sering terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa minggu keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas kekulit lainnya yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan kekulit pulihan dan sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit yng seumur pada pohon yang sama artinya tidak akan menular kepohon lainnya.
Tindakan Pengendalian
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian perangsang lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1, PB 235, PB 260, PR 261, dan RRIC 100
Bila terjadi penurunan produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang sama.
Membuang kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai batas 3mm-4mm dari kambium selanjutnya dioles dengan bahan perangsang NoBB atau Antico F-96 sekali empat bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan dengan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah kulit yang kering atau dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3 atau ½ S d/4.
Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.
4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot ( Ceratocystis Fimbriata )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit bidang sadap mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit ini mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga sagat mempersulit peyedapan berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin lagi disadap.Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna cokelat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan oleh pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan pengendalian
Di daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
Mencegah kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas tanaman kacangan yang terlalu lebat.
Memberikan dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan kulit berlangsung cepat.
Penyadapan dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi terjadinya serangan dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas penyadapan dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan penyadapan sama sekali pada waktu terjadinya serangan berat.
Mengobati kulit putihan yang terserang dengan mengoleskan fungisida Antico F-96, Bayleton 2 PA, Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60 WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas selebar 5 cm diatas irisan sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering dilepaskan dari alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan seminggu sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan fungisida Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.
C. PENYAKIT DAUN
1. Penyakit Gugur Daun Corynespora (C.cassiicola)
Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassicolayang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan pada daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau muda gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda. Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi 2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat disadap dan lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada kebun-kebun yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan dan lain-lain .
Tindakan Pengendalian
Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur. Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
Memberikan pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
Melindungi tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP, Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
Tanaman yang produksinya sangany rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.
2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C. Gloeosporioides )
Gejala dan Perkembangannya
Penyakit gugur daun colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum Gloeosporioides. Penyakit gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas bewarna hitam, mengeriput bagian ujungnya mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada daun dewasa terlihat bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi gundul sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan air hujan terutama pada malam hari atau cuaca lembab.
Tindakan Pengendalian
Tidak menanam klon yang rentan pada kebun-kebun yang rawan penyakit gugur daun colletotrichum yaitu didaratan tinggi dan bercurah hujan tinggi.
Memacu pembentukan daun muda lebih cepat dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk ekstra beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan lebih tahan terhadap serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penggunaan fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP, Delsense MX 200, Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC seminggu sekali selama lima kali penggunaan. Penggunaan fungisida dilakukan pada waktu 10% pohon dalam kebun atau pembibitan telah membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan dengan memakai alat mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau kebun entres sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu lateks.
3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )
Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat. Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan. Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun jarak jauh .
Tindakan Pengendalian
Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun Oidium.
Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu 10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat gejala serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau embun tepung bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).
Read more ...
Selasa, 26 Februari 2013
Makna/Pengertian Bibit Stum Mata tidur pada Tanaman Karet
Kita sering menemukan istilah pengertian Bibit Stum Mata Tidur pada artikel tanaman karet atau setiap penyuluhan tentang budidaya tanaman karet.
Bibit Stum Mata Tidur pada tanaman karet adalah : Bibit karet yang sudah di okulasi dan di dongkel dari pembibitan karet tetapi belum tumbuh jentik pada mata okulasi serta belum mempunyai akar baru sebgai mana bibit yang sudah tumbuh dalam polybag karet siap tanam.
Bibit stum mata tidur bisa di gunakan untuk tanam di lahan perkebunan tetapi harus dengan kadar curah hujan tinggi sehingga bibit jenis ini mudah hidup karena banyak membutuhkan kadar air yang tinggi agar bisa tumbuh akar baru setelah tanam di lahan perkebunan karet baru.
Beberapa alasan petani menggunakan bibit stum mata tidur :
1. Ekonomi atau Bisnis
Type bibit Stum mata tidur lebih murah dari bibit dalam polybag siap tanam.Serta bagi petani yang buat usaha pembibitan karet ini lebih praktis untuk di kembangkan lagi ke dalam pembibitan untuk bibit karet dalam polybag dengan nilai jual yang jauh tinggi tanpa harus mulai dari membuat batang bawah , okulasi, dongkel dan sebagai nya.
2. Praktis
Mudah di bawa ke lahan perkebunan karet tanpa harus mobilisasi yang susah serta ruang angkutan yang besar dan juga cara menanam nya yang tidak susah dengan resiko kantong polybag pecah.
Dari semua beberapa alasan di atas yang perlu di ingat juga terdapat beberapa kelemahan Bibit Stum Mata tidur diantaranya :
1. Tidak tahan terhadap kemarau
Maksudnya di sini adalah bila di tanam pada musim kemarau besar kemungkinan bibit tersebut mati karena tidak ada serapan air dari tanah ke batang serta cuaca kemarau sangat panas yang menyebabkan bibit stum mata layu batang yang di tanam.
2. Tidak tahan terhadap genangan air yang lama
Untuk daerah yang terdapat genangan air yang cukup lama di sekitar lubang tanaman ini sangat tidak cocok untuk di tanam karena akan terjadi pembusukan pada bagian batang karet stum Mata tidur bila di tanam.
Contoh : Dataran rendah rawa, Dataran miring yang tergenang air yang cukup lama
Bibit stum mata tidur ini sangat di sarankan sebagai alternative bila tidak tersedia bibit polybag siap tanam serta dengan mempertimbangkan beberapa alasan di atas yang telah di jelaskan.
Read more ...
Langganan:
Postingan (Atom)